Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Tips Sederhana Supaya Pembeli Tidak Pergi

Ini tips sederhana agar anda tidak hingga kehilangan calon pembeli. Sayang sekali bila sudah ada calon pembeli yang mampir di lapak kita, sudah memilih barang, sudah bertanya-tanya dan menawar, tapi kemudian pergi dengan kecewa. Iya bila kemudian dia tidak bercerita dengan nada negatif ke orang lain perihal pengalaman ‘kecewa’nya di toko anda, maka anda hanya akan kehilangan satu pembeli. Kalau yang terjadi sebaliknya, maka mampu jadi akan terlalu banyak orang yang mengurungkan niatnya beli di toko anda. Rugi banget kan?

Tips ini ditulis oleh Diana AV Sasa. Seorang pelopor yang juga blogger dan penulis.
Ini

Tips Sederhana Supaya Pembeli Tidak Pergi

Ini tips buat siapa saja yang sedang berdagang.
Saya termasuk orang yang malas bawa uang tunai dalam jumlah banyak. Selain resiko keamanan, tidak praktis, aku juga pelupa. Gawat bila hingga lupa dimana naruh tas atau dompet. Karena itu, aku suka berbelanja dengan uang elektronik. Soal ini, aku ada beberapa pengalaman.

Suatu hari, aku berniat memesan jajanan getuk dalam jumlah lumayan banyak. Nilainya hampir 2 juta. Karena aku tidak membawa uang tunai, aku bertanya pada penjualnya apakah aku mampu membayar via transfer. Penjual yang melayani aku nampak memandang aku dari atas hingga bawah, lalu membisu lama. Dia menjawab, "Sebentar ya, Mba, aku tanyakan." Kurang lebih 15 menit aku menunggu. Baru kemudian dikala bosnya datang, aku mendapat jawaban. "Tidak bisa,Mba. Ambil uang saja dulu, lalu ke sini lagi."

Saya tersenyum kecut dan pamit.
Dalam hati aku menggerutu, alasannya yakni sudah membuang waktu 15 menit untuk menunggu. Saya heran saja, di tengah jaman yang serba elektrik begini, dimana belanja mampu dari ujung jempol, masih ada pedagang yang tak mau terima transfer. Padahal check riceknya mudah sekali. Kecil kemungkinan di zonk pembeli.

Ya sudah, alasannya yakni siang itu cukup terik, dan waktu aku sempit alasannya yakni harus menghadiri rapat, aku putuskan untuk mengambil uang tapi berpindah penjual yang jaraknya lebih dekat. Sombong aku agak muncul, aku pembeli, aku berhak mendapat layanan terbaik dari penjual. Hehehe....

Kali lain, aku belanja di toko mebel. Saya lihat-lihat barang sebentar, lalu buka katalog untuk cek harga. Setelah memilih barang seharga 500 ribu, aku tanyakan apakah aku mampu membayar dengan transfer. Ternyata si Ibu penjual yang sudah nampak sepuh itu dengan cekatan menyodorkan nomor rekening. Saya buka mobile banking dan pribadi transfer. Notifikasinya aku tunjukkan ke beliau. Tak hingga semenit ibu itu membuka hpnya, cek mobile bankingnya, dan mengangguk sambil tersenyum. "Terimakasih, sudah masuk transfernya," ujar ibu sepuh itu.

Pengalaman kedua itu membuat aku lega sekaligus puas sebagai pelanggan. Padahal nilainya bila dibanding transaksi aku yang pertama jauh lebih kecil. Menurut saya, bagi penjual, inovasi itu penting. Termasuk inovasi dalam cara pembayaran. Mudah, praktis, cepat, aman.

"Kecurigaan" atau "kekhawatiran" pada pelanggan gara-gara ingin membayar dengan metode transfer itu, kurang nyaman dirasakan pelanggan lho.

*****

Kalau aku simpulkan dongeng mbak Diana tadi, pelanggan ingin menerima kenyamanan dengan cara membayar yang fleksibel. Bisa dengan banyak sekali cara – sesuai dengan apa yang dimiliki pembeli.
Kemudian, pelanggan juga tidak semestinya belum-belum dicurigai akan melaksanakan kecurangan hanya alasannya yakni hendak membayar dengan transfer uang.
Jadi, sebaiknya:
  • siapkan rekening dari beberapa bank yang populer digunakan lebih banyak didominasi target pasar anda.
  • siapkan sistem dan orang yang siap untuk melaksanakan transaksi dengan menggunakan uang elektronik, bukan melulu mengandalkan transaksi tunai.
  • kalau curiga, tidak perlu-lah melihat dari atas hingga atas. Bohong atau tidak kan tidak terlihat dari mata kaki-nya.
Bagaimana dengan pengalaman anda? Pernah punya pengalaman buruk sebagai pembeli atau penjual dengan bertransaksi elektronik?